10 Kaidah Pembeda Antara Da'i Sunnah dan Da'i Bid'ah

Simak video berikut :

10 Kaidah Pembeda Antara Da'i Sunnah dan Da'i Bid'ah

Oleh : Ustadz: Dzulqarnain Muhammad Sunusi

Simak full video [Klik Disini]

Berikut Rangkuman 10 Kaidah Mengenal Da’i Sunnah & Da’i Bid’ah dari video diatas

Oleh : Al-Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi hafizhahullah

MUQADDIMAH :

بسم الله الرحمن الرحيم

Terdapat 4 point muqaddimah yaitu :

(1) Terangnya ajaran agama Islam (Tidak ada yang samar)

Allah ﷻ berfirman

فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

“Fashda’ bimaa tu`maru wa a’ridh ‘anil musyrikiin.”

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr [15]: 94).

Begitu pula Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ

“Aku tinggalkan kalian dalam suatu keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad)

Hidayah ada dua macam yaitu :
  1. Hidayah menuju kepada jalan
  2. Hidayah diatas jalan
Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى (١) الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى (٢) وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى (٣)


Berkata Abul ‘Aliyah Ar Riyahi : “Aku hitung ada 2 nikmat besar yang ada pada diri kami. Kami tidak tahu manakah di antara keduanya yang merupakan nikmat terbesar. Yaitu antara Allah selamatkan diriku dari kemusyrikan (Hidayah diatas Islam) atau Allah selamatkan diriku sehingga tidak termasuk bagian dari berbagai aliran sesat/bid’ah (Khawarj)” (Tarikh Dimasyq)

Perkara bid’ah adalah perkara yang besar yang telah diperingatkan oleh Rosulullah ﷺ .

Rasulullah ﷺ setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ


“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad ﷺ .
Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan”


(2) Adanya da'i-da'i menyeru ke pintu neraka Jahannam


Dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk agar jangan sampai menimpaku”

Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam,-pent) ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”

Beliau berkata : “Ya”

Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”

Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.

Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”

Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan (manusia) kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”

Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”

Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”

Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”

Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”

Aku bertanya : “Apa yang anda perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”

Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”

Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak imam dan jama’ah kaum muslimin?”

Beliau menjawab : '"Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu”

Oleh sebab itu dari Hadits yang mulia ini bisa kita petik hikmah diantaranya : HARUS SELEKTIF MEMILIH GURU DALAM MENGAMBIL ILMU AGAMA.

Muhammad bin Sirrin (seorang ulama tabi’in) rahimahullahu berkata:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

“Sesungguhnya ilmu agama ini adalah agama itu sendiri maka perhatikanlah dari mana kalian mengambil ilmu agama kalian.” (HR. Muslim)

Imam Malik rahimahullah berkata :

لاَ يُؤْخَذُ الْعِِلْمُ عَنْ أَرْبَعَةٍ: سَفِيْهٍ مُعلِنِ السَّفَهِ , وَ صَاحِبِ هَوَى يَدْعُو إِلَيْهِ , وَ رَجُلٍ مَعْرُوْفٍ بِالْكَذِبِ فِيْ أَحاَدِيْثِ النَّاسِ وَإِنْ كَانَ لاَ يَكْذِبُ عَلَى الرَّسُوْل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَ رَجُلٍ لَهُ فَضْلٌ وَ صَلاَحٌ لاَ يَعْرِفُ مَا يُحَدِّثُ بِهِ

“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa` (pengikut hawa nafsu) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan

Marwan bin Muhammad rahimahullah berkata:

“Tiga golongan manusia yang tidak bisa dipercaya dalam masalah agama: shufi, qashash (tukang kisah), dan ahlul bid’ah yang membantah ahlul bid’ah lainnya.”

(4) Indahnya hidup diatas Sunnah Rosulullah ﷺ

Imam Malik bin Anas berkata :

” As Sunnah itu bagaikan perahu Nabi Nuh. Barangsiapa yang menaikinya, ia akan selamat. Barangsiapa menyelisihinya, ia akan tenggelam.”

INTI MATERI

10 Kaidah Pembeda antara Da’i Sunnah & Da’i Bid’ah

✔ Kaidah ke 1: Sikap Terhadap Ushul I’tiqad.

Buku-buku ulama tentang Ushul I’tiqad tidak lepas dari pembahasan yaitu :
  • Penjelasan tentang 6 rukun iman
  • Ciri-ciri pembeda antara Ahlus sunnah & Ahlul Bid’ah
Contoh : dalam masalah mencintai Para sahabat Nabi, menghormati ahlul bait, mengusap diatas khuf, tidak mengangkat pertikaian diantara para Sahabat karena itu adalah ijtihad mereka, tidak berlarut-larut dan mempertanyakan nama-nama & sifat-sifat Allah seperti mentakwil, tahrif, takyif, ta’thil maupun tafwidh.

Imam Malik berkata:

الاستواء معلوم والكيف مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة.

“Istiwâ’ sudah diketahui, kaif (cara/bentuk) tidak diketahui, beriman kepadanya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah.”

✔Kaidah ke 2: Sikap Terhadap Masalah Kesyirikan

Da’i sunnah sangat perhatian terhadap Tauhid dan masalah kesyirikan. Bahkan menjadikan Tauhid sebagai prioritasnya dalam berdakwah.

Sementara da’i bid’ah sangat lemah dan kurang perhatian terhadap dakwah Tauhid dan memperingatkan ummat dari bahaya kesyirikan. Seperti ucapan tokoh firqoh Ikhwanul Muslim yakni salman Al Audah yang mengatakan mempelajari Tauhid hanya membutuhkan waktu 5 menit.

✔ Kaidah ke 3: Sikap Terhadap Masalah Keimaman & Baiat.

Ahlus sunnah taat & mendengar kepada pemimpin muslim yang sah dalam perkara yang disyariatkan agama, tidak mencela ulil amri, serta tidak membuka aib pemimpin di khalayak umum.

Adapun masalah baiat , dai ahlus sunnah mendakwahkan hanya membaiat 1 orang yaitu pimpinan muslim yang sah disuatu negeri. Bukan mengajak baiat kepada pimpinan jamaah, pimpinan ormas atau kepada dirinya sendiri.

✔Kaidah ke 4: Sikap Terhadap Masalah Jama’ah.

Ahlus sunnah meyakini Defenisi jamaah ada dua :
  • bermakna Jamaah Al Haq yakni mengikuti Rosulullah dan para sahabat
  • bermakna jamaah kaum muslimin dalam suatu negara dipimpin oleh seorang kepala negara muslim yang sah.
✔Kaidah ke 5: Sikap terhadap Masalah Jihad.

Ahlus sunnah berjihad dengan ilmu. Beda dengan ahlul bid’ah yang hanya bermodalkan semangat tanpa didasari ilmu syar’i tentang jihad.

Jihad terhadap orang kafir ada dua jenis :

Pertama : bersifat menyerang

Dan ada syarat yang harus dipenuhi yakni harus berjihad bersama ulil amri yang sah dan mendapat izin, umat Islam harus punya kekuasaan, dan harus memiliki kekuatan.

Kedua : Jihad membela diri

✔ Kaidah ke 6: Sikap Terhadap Masalah Darah, Perjanjian & Jaminan Keamanan.

Ahlus sunnah tidak sembarang menumpahkan darah dan memerangi orang kafir.

Ada empat golongan yang darahnya terjaga yaitu :
  1. Darah kaum muslimin
  2. Darah kafir dzimmi
  3. Darah kafir muahad
  4. Darah kafir musta’man
✔Kaidah ke 7: Sikap Terhadap Masalah Ulama.

Secara asal yang termasuk ulama yaitu Para sahabat Nabi, tabi’in dan tabiut tabi’in (3 generasi terbaik / salafush sholeh)

Jadi ulama adalah seseorang yang mengikuti Al quran dan sunnah sesuai manhaj salafus sholeh.

Ada beberapa tingkatan orang yang berilmu :
  • Ulama yang mampu berfatwa
  • ahlul ilmu dibidang tertentu
  • Penuntut ilmu tapi belum sampai pada tingkat ulama
  • Orang awwam
  • Orang yang belajar tapi tidak diambil ilmu darinya
✔Kaidah ke 8: Sikap terhadap Bid’ah & Ahlul Bid’ah.

Ahlus Sunnah menjaga telinga mereka dari ucapan-ucapan bathil ahlul bid’ah yang terkadang terdengar selintas lalu, kemudian membuat was-was dan merusak. Serta tidak duduk bermajelis dengan ahlul bid’ah.

Ahlus Sunnah menjelaskan tentang bahaya bid’ah dan hawa nafsu mereka serta memperingatkan ummat agar berhati-hati terhadap mereka, dan agar ummat tidak menimba ilmu dari mereka.

✔Kaidah ke 9: Sikap Terhadap Masalah Pengkafiran.

Ahlus Sunnah tidak menghukumi pelaku dosa besar dengan kekafiran. Namun menghukuminya sebagai bentuk kefasikan dan kurangnya iman apabila bukan dosa syirik dan dia tidak menganggap halal perbuatan dosanya.

Beda dengan firqoh menyimpang seperti Ikhwanul Muslimin yang dimana pendiri dan tokohnya memiliki paham Takfiri seperti Hasan Al Banna dan Sayyid Quthb.

Dr Yusuf Al-Qardhawi (tokoh Ikhwanul Muslimin) mempersaksikan bahwa Sayyid Quthub berpandangan akan kafirnya berbagai masyarakat Islam, (terjemahan) teksnya : “Pada fase ini, mucul buku-buku Sayyid Quthub yang mewakili fase terakhir pemikiran tafkirnya, yang dengan cepat mengkafirkan masyarakat… serta pengumuman jihad penyerangan atas seluruh manusia”

Aulawiyatul Harokah Al-Islamiyyah hal.110

✔Kaidah ke 10: Sikap Terhadap Masalah Al Wala’ wal Baro’.

Al-Wala’ wal baro’ merupakan bagian penting dari makna syahadat. Maka, ungkapan لاَ إِلَهَ (tiada ilah) dalam syahadat: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah) berarti melepaskan diri dari semua sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan makna إِلاَّ اللهُ berarti menetapkan atau meyakini bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah ta’ala..

(Al-Akh Andi Muhammad Zubair hafizhahullah)

Sumber : https://berbagifaedahsalaf.wordpress.com/

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab