TOKOH ASY'ARIYAH : IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH Dan PEMIKIRAN YANG MENYIMPANG


IBNU TUMART SANG PENUMPAH DARAH

Ibnu TUMART adalah orang tokoh Asy’ariyah yang pernah berguru kepada Abu Hamid Al-Ghazali, dan beliau mempunyai kedudukan yang sangat agung di khalayak para penganut madzhab Asya’irah.

As-Subki mengatakan perihal tentangnya: “Beliau adalah orang yang terdekat Abdul Mu’min sang raja di Maroko, beliau adalah seorang yang shalih, Zuhud, Waro’ dan seorang Faqih....

Beliau mendalami fiqih dengan bermadzhab Syafi’i, dan membela Aqidah madzhab Asy’ari” ( Thobaqoh Syafi’iyah VI/109)

Bahkan Risalah yang dia tulis dengan Judul “Aqidah Mursyidah”, merupakan Risalah yang sangat diagungkan oleh kalangan Asya’irah.

Berkata Muhammad bin Yusuf As-Sanusi: “Para Ulama (Asya’irah) telah bersepakat akan kebenaran Aqidah (yang terdapat dalam kitab ini) bukan yang lainnya, dan risalah itu merupakan Risalah yang lurus dan bisa menunjukkan kejalan yang lurus” (Syarah Mursyidah oleh Sanusi)

Dan berkata Al’Alai: “ Risalah Aqidah Mursyidah ini telah ditulis dengan berada diatas jalan yang selamat dan lurus, dan penulisnya telah benar dalam mensucikan Allah yang maha tinggi lagi maha agung” ( Thobaqoh Syafi’iyah VIII/185).

Dan Ibnu Tumart dalam mengajak manusia untuk meyakini dengan Aqidah Asy’irah tersebut, dia menempuh cara dengan cara kekerasan, bahkan siapa yang tidak tunduk dan tidak mau beraqidah dengan Aqidah Asya’irah ini dia langsung kafirkan dan halal darahnya.

Al-Imam Adz-Dzhabi menceritakan apa yang dilakukan oleh Ibnu Tumart kepada penduduk Maroko dengan berkata: “Ibnu Tumart pun mengkafirkan mereka disebabkan karena kebodohan mereka terhadap ‘Ardh dan Jauhar (salah satu metode Asya’irah dalam menetapkan menetapkan Allah sang pencipta), dan menurutnya siapa yang tidak mengetahuinya maka dia tidak mengetahui dan membedakan mana makhluk dan mana sang pencipta. DAN MENURUTNYA SIAPA YANG TIDAK MAU BERHIJRAH KEPADANYA DAN TIDAK MAU BERPERANG BERSAMANYA MAKA DARAHNYA HALAL, DAN MURKA ALLAH ATASNYA. (SYIAR ‘ALAM NUBALA XIX/550).

Sumber video : https://fb.watch/oPYBSC

Bahkan Pemerintahan Muwahidin pun memaksa para penduduk Maroko untuk beraqidah seperti apa yang ditulis oleh Ibn Tumart dalam Rislahnya “Aqidah Mursyidah” dan barangsiapa yang tidak mau dan menyelisihi Ibnu Tumart maka dia akan dibunuh dan darahnya halal karena menurut mereka Ibnu Tumart adalah seorang Imam yang luas ilmunya dan Seorang Mahdi yang Maksum, sehingga sangat banyak sekali darah manusia yang ditumpahkan dengan sebab ini sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab sejarah (Lihat Kitab Mawaidz Wal I’tibar oleh Al-Maqrizi IV/192)

Dari sini kita mengetahui akan kekejaman Ibnu Tumart seorang tokoh Asy’ariyah yang mana Rislahnya “Aqidah Mursyidah” menjadi rujukan para pemeluk madzhab Asya’irah..

-------
Simak juga video berikut :

(1) Siapakah Ibnu Tumart yang ARG pertahankan dan sebarkan buku akidahnya?

Dengar Ulasan Mufti Perlis Berkenaan Debat "Wahabi" , Ibnu Tumart & Asyairah, Penganas Di Angkat Menjadi Tokoh

Oleh : Prof Dr Maza


(2) Kader Ibnu Tumart Kiyai Idrus Ramli dalam video berikut mengkafirkan orang-orang Wahabi :

"ORANG WAHABI ITU MUJASSIM, ALIAS KAFIR"

Perkataan "ORANG WAHABI MUJASSIM (KAFIR)" itu hanya keluar dari mulut lancang Kiyai Idrus Ramli sang singanya aswaja itu sendiri, bukan dari fatwa Ulama Ahlus Sunnah 

Tegasnya, tidak ada satupun ulama Ahlus Sunnah yang menyatakan bahwa "ORANG WAHABI ITU MUJASSIM ATAU KAFIR" 

-------

Tapi anehnya kok bisa ya Asy’irh belakangan ini menuduh dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan tuduhan gampang mengkafirkan dan menghalalkan darah kaum muslimin, sementara kenyataan yang ada justru takfir dan sikap gampang menumpahkan darah itu ada pada tokoh mereka yaitu IBNU TUMART

Pemikiran Muhammad bin Tumart yang Menyimpang

Ali bin Yusuf bin Tasyfin, sang Amir sudah mendengar nama Muhammad bin Tumart dan tindakan-tindakannya selama di Maroko. Ia kemudian merencanakan pertemuan dengan Muhammad bin Tumart untuk membuka forum debat. Ia berpikir, sebagai pemimpin Murabithun, ia bisa mengalahkan Muhammad bin Tumart sehingga bisa menjebloskannya ke penjara. Dengan begitu, ia bisa kembali leluasa menjalankan pemerintahannya.

Muhammad bin Tumart beserta enam muridnya bertolak ke Marrakesh memenuhi panggilan sang Amir. Saat forum debat berlangsung, tak disangka dan sangat di luar ekspetasi, Muhammad bin Tumart mampu mengalahkan Ali bin Yusuf beserta para ulama Murabithun. Mereka sungguh kalah telak.

Kemampuan yang dimiliki oleh Muhammad bin Tumart ini lahir dari proses belajarnya yang panjang di beberapa negara dan beberapa ulama. Ia belajar kepada ulama di Mekkah, Mesir, Baghdad dan beberapa negara Islam lainnya. Ia juga menguasai teknik-teknik debat dan belajar dari ulama yang bermacam-macam alirannya. Ulama pemerintah Murabithun tahu bahwa Muhammad bin Tumart akan sering melakukan provokasi terhadap rakyat Murabithun jika terus dibiarkan. Tapi pada akhirnya pun, Muhammad bin Tumart beserta keenam muridnya dibebaskan.

Selepas memenangkan perdebatan dengan pimpinan Murabithun, ia beserta keenam muridnya bertolak menuju sebuah desa bernama Thenmala di sebuah negara yang bersebelahan dengan Maroko. Di sanalah ia mulai berdakwah. Dakwahnya diterima oleh kalangan setempat, bahkan beberapa orang justru mendatanginya untuk belajar karena namanya yang telah dikenal sebagai ulama yang alim. Dari situlah ia berhasil merekrut beberapa muridnya untuk bergabung mewujudkan misinya dalam menyingkirkan pemerintahan Murabithun. Setelah mengumpulkan beberapa muridnya ia lalu menamainya dengan “jamah al-Muwahhidun” yang berarti “kumpulan orang-orang yang mengesakan Allah”.

Semakin kuat kedudukannya semakin menyimpang pula tindakan dan pemikirannya. Ada beberapa penyimpangan yang dirangkum oleh Dr. Raghib as-Sirjani dalam karyanya ini, Qisshoh al-Andalus min al-Fath ila as-Suquth. Berikut beberapa pemikirannya yang kontroversial dan menyimpang:

Pertama, mengaku berpredikat makshum. Para ulama dari kalangan Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa hanyalah Nabi yang berhak mendapat predikat makshum. Bahkan keluarga dan sahabatnya sekalipun tidaklah demikian. Pengakuannya ini mengarah pada pemikiran kelompok Syi’ah yang meyakini Imam itsna asyaro (12) adalah makshum, alias terjaga dari dosa. Dengan demikian, menurut Syiah, kedudukan imam-imam mereka sama seperti Nabi. Secara tidak langsung, Muhammad bin Tumart mengklaim dirinya setara dengan Nabi yang bersifat makshum.

Kedua, menuduh orang-orang Murabithun sebagai kaum mujassimin. Dalam hal lain, Muhammad bin Tumart berpikiran seperti Mu’tazilah. Ia tak menafikan sifat-sifat Allah yang ditetapkan oleh Asy’ariyah dan Murabithun menganut akidah yang demikian. Sehingga ia menyatakan bahwa orang-orang Murabithun adalah kaum Mujassimin. Hal ini mengundang perdebatan yang cukup panjang. Atas tuduhan tersebut ia menganggap bahwa pemerintah Murabithun mulai dari Ali bin Yusuf bin Tasyfin beserta jajarannya dianggap sebagai kafir. Tentu, tuduhan ini sangat berbahaya. Padahal ia sendiri tinggal di wilayah kepemimpinan Dinasti Murabithun.

Ketiga, menganggap halal darah orang-orang Murabithun. Penetapan kafir terhadap pemerintahan Murabithun mengantarkan pernyataannya atas kehalalan akan darah para pejabat di Dinasti Murabithun. Sehingga ia memerintahkan anggota jamaahnya untuk membunuh siapa saja yang akidahnya bertentangan dengannya. Gerakan seperti ini sama seperti gerakan kaum Khawarij yang menentang pemerintah. Sejarawan muslim, al-Wahid al-Marrakasyi dalam kitabnya, al-Mu’jab menuturkan bahwa Muhammad bin Tumart melakukan at-Tamyiz. Itu merupakan istilah yang gunakan untuk menyeleksi siapa saja yang akidahnya benar-benar murni, siapa yang munafik. Jika ketahuan ia adalah seorang munafik dan berpaham seperti pemerintah Dinasti Murabithun maka ia akan dibunuh

Meski tindakannya ekstrim, provokatif, dan menyimpang dari ajaran Alquran, dengan membawa ayat dan kecerdasannya memainkan hadis, masih saja ada yang mau menjadi murid dan pengikutnya. Bahkan pengikutnya pun semakin bertambah.

Padahal jelaslah, apa yang dilakukan olehnya justru menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Islam mempunyai konsep untuk menjaga jiwa sendiri atau sesama muslim. Ajaran tersebut tercantum

dalam Alquran surat an-Nisa’ [4]: 93,

وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنٗا مُّتَعَمِّدٗا فَجَزَآؤُهُۥ جَهَنَّمُ خَٰلِدٗا فِيهَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهُۥ وَأَعَدَّ لَهُۥ عَذَابًا عَظِيمٗا

Artinya: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya

*(dikelola dari kitab Qisshoh al-Andalus min al-Fath ila as-Suquth karya Dr. Raghib as-Sirjani)

Sumber :

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab