AKIDAH KEKUFURAN TOKOH SUFI.


DAFTAR LENGKAP AKIDAH KEKUFURAN TOKOH SUFI. 
  • Buta syariat
  • Sibuk tarekat
  • Ngaku ma'rifat
  • Akhirnya gila dan sesat
Bukti kesesatan ajaran Tasawuf betapa sesatnya manusia pun bisa menjadi Allah. 

Keterangan para ulama bahwa ajaran Tasawuf bukan dari Islam. Bahkan ajaran ini merupakan kumpulan dari ajaran-ajaran sesat yang berusaha disusupkan ke tengah-tengah umat untuk menjauhkan mereka dari agama Islam yang benar.

Kesesatan-Kesesatan Ajaran Tasawuf (tarekat)

Di antara sekian banyak kesesatan ajaran Tasawuf adalah :

1. Wihdatul Wujud

Wihdatul Wujud,yakni keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala dapat masuk ke dalam makhluk-Nya.

Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, Jilid 2 hal. 600)

Ibnu ‘Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata: “Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah, hal. 601)

Muhammad Sayyid At-Tijani meriwayatkan (secara dusta) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

“Aku melihat Rabbku dalam bentuk seorang pemuda.” (Jawahirul Ma’ani, karya ‘Ali Harazim, Jilid 1 hal. 197, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 615)

Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura [42] : 11)

“Berkatalah Musa: ‘Wahai Rabbku nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat-Mu.’ Allah berfirman: ‘Kamu sekali-kali tidak akan sanggup melihatku’.” (QS. Al-A’raf [7] : 143)

2. Bersetubuh dengan istri sama dengan bersetubuh dengan Allah ?

Seorang yang menyetubuhi istrinya, tidak lain ia menyetubuhi Allah subhanahu wa ta’ala. Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul Hikam)

Betapa kufurnya kata-kata ini…, tidakkah orang-orang Sufi sadar akan kesesatan gembongnya ini?

3. Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah ?

Keyakinan kafir bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah makhluk dan makhluk adalah Allah subhanahu wa ta’ala, masing-masing saling menyembah kepada yang lainnya. Ibnu ‘Arabi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya. Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah)

Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba.” (QS. Maryam [19] : 93)

4. Keyakinan bahwa tidak ada perbedaan di antara agama-agama yang ada.

Ibnu ‘Arabi berkata: “Sebelumnya aku mengingkari kawanku yang berbeda agama denganku. Namun kini hatiku bisa menerima semua keadaan, tempat gembala rusa dan gereja pendeta, tempat berhala dan Ka’bah, lembaran-lembaran Taurat dan Mushaf Al Qur’an.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah)

Jalaluddin Ar-Rumi, seorang tokoh sufi yang sangat kondang, berkata: “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama… masjid, gereja, atau tempat berhala-berhala.”

Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya. Dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)

5. Bolehnya menolak hadits yang jelas-jelas shahih.

Ibnu ‘Arabi berkata: “Kadangkala suatu hadits shahih yang diriwayatkan oleh para perawinya, tampak hakikat keadaannya oleh seseorang mukasyif (Sufi yang mengetahui ilmu ghaib dan batin). Ia bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung: “Apakah engkau mengatakannya?”

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingkari seraya berkata: “Aku belum pernah mengatakannya dan belum pernah menghukuminya dengan shahih.”

Maka diketahui dari sini lemahnya hadits tersebut dan tidak bisa diamalkan sebagaimana keterangan dari Rabbnya walaupun para ulama mengamalkan berdasarkan isnadnya yang shahih.” (Al-Futuhat Al-Makkiyah)

6. Pembagian ilmu menjadi syariat dan hakikat.


Di mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, menurut keyakinan Sufi, gugur baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini.

Mereka berdalil dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99:

yang mana mereka terjemahkan dengan: “Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu keyakinan.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman, bahwa perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian isi Al Kitab dan mengkufuri sebagian lainnya. Sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini).” (Majmu’ Fatawa, jilid 11 hal. 401)

Beliau juga berkata: “Adapun pendalilan mereka dengan ayat tersebut, maka justru merupakan bumerang bagi mereka. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: ‘Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak menjadikan batas akhir beramal bagi orang-orang beriman selain kematian’, kemudian beliau membaca Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99, yang artinya: ‘Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu kematian’.”

Beliau melanjutkan: “Dan bahwasanya ‘Al-Yaqin’ di sini bermakna kematian dan setelahnya, dengan kesepakatan ulama kaum muslimin.” (Majmu Fatawa, Jilid 11 hal. 418)

7. Keyakinan bahwa ibadah hanya karena Cinta bukan karena takut neraka maupun mengharap surga

Keyakinan bahwa ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala itu bukan karena takut dari adzab Allah subhanahu wa ta’ala (an-naar/neraka) dan bukan pula mengharap jannah Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan peliharalah diri kalian dari an-naar (api neraka) yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS. ‘Ali Imran [3] : 131)

“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada jannah (surga) yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. ‘Ali Imran [3] : 133)

8. Dzikir hanya dengan Huu atau Ahh saja !

Sufi berkeyakinan bahwa dzikirnya orang-orang awam adalah Laa ilaha illallah, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah  الله Allah”, Ù‡ُÙˆَ huwa (dibaca: huu)”, dan آه aah” saja. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah.” (HR. At-Tirmidzi)

Syaikhul Islam rahimahullah berkata: “Barangsiapa beranggapan bahwa Laa ilaha illallah adalah dzikirnya orang awam, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah Ù‡ُÙˆ/Huwa, maka ia seorang yang sesat dan menyesatkan.” (Risalah Al-’Ubudiyah, hal. 117-118)

9. Keyakinan Kasyaf

Keyakinan bahwa orang-orang Sufi mempunyai ilmu kasyaf (yang dapat menyingkap hal-hal yang tersembunyi) dan ilmu ghaib. Allah subhanahu wa ta’ala dustakan mereka dalam firman-Nya :

“Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah.” (QS. An-Naml [27] : 65)

10.Keyakinan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tercipta dari Nur Allah??

Keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari nur/cahaya-Nya, dan Allah subhanahu wa ta’ala ciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku …” (QS. Al-Kahfi [18] : 110).

“(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat.” (QS. Shad [38] : 71)

11. Keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sufi memiliki keyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diciptakan, maka dunia ini pun tidak akan diciptakan. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

Sungguh benar² merusak aqidah dan sangat berbahaya bisa menyebabkan manusia kufur...
----------------------

Simak juga video berikut : "Aqidah sesat tokoh sufi"


Baca juga artikel terkait berikut :
---
Hanya Allah Ta'ala yang memberi taufiq dan Hidayah serta menjauhkan kita dari dosa...Allahul musta’an


Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab