Dahulukan Pola Hidup dari pada Gaya Hidup
Hidup di Bumi Gaya di Langit
Dalam membeli barang, ada yang Dalam membeli barang, ada yang karena butuh, tapi ada juga yang, tapi ada juga yang karena ingin. Mirip padahal sangat berbeda. Gampang membedakan kebutuhan dan keinginan.
Pertama dari sifatnya; kebutuhan itu objektif karena semua orang punya kebutuhan dasar yang sama, sedangkan keinginan itu subjektif karena keinginan setiap orang itu berbeda-beda tergantung gaya hidup, pendapatan, dan pola pikirnya. Semakin tinggi gaya hidup, pendapatan, dan pola pikir seseorang, biasanya semakin banyak pula keinginannya.
Kedua dari sumbernya. Kebutuhan bersumber dari fitrah manusia, yang jika tidak dipenuhi, kehidupan bisa terancam. Adapun keinginan bersumber dari hawa nafsu.
Yang ketiga, dari ‘nilai’-nya. Kebutuhan dinilai dari seberapa besar fungsi dan manfaat yang dapat kita peroleh dari pemenuhannya, sedangkan keinginan dinilai dari seberapa besar selera dan preferensi.
Lalu perbedaan kebutuhan dan keinginan bisa kita lihat dari hasilnya. Kebutuhan yang terpenuhi akan menghasilkan kemanfaatan yang biasanya terbatas, sedangkan keinginan yang terpenuhi akan menghasilkan kepuasan yang tidak memiliki batasan.
Jadi benar bahwa rezeki dari Allah itu akan cukup untuk hidup, tapi tidak akan pernah cukup untuk gaya hidup.
Hidup itu murah, merekalah yang membuatnya jadi mahal. Hidup itu sederhana, gengsi yang membuatnya jadi rumit. Demi gaya, jadinya tersiksa. Ini memang zaman orang ingin menaikkan gaya hidup dengan cara menurunkan harga diri.
Hidup itu harus sesuai dengan kemampuan diri, orang yang pamer itu adalah orang yang tidak bahagia. Karena kalau bahagia, dia tidak perlu menceritakan hidupnya, prestasinya, atau hal hebat yang dia lakukan.
Allah SWT memberkahi kita dengan rezeki berlebih, tak perlu menaikkan standar hidup kita, tapi naikkan standar kita dalam memberi.
Baca juga artikel terkait : "6 Fenomena Aneh Warga Indonesia"
Sumber : https://m.facebook.com/
Komentar
Posting Komentar