Hidup Rumit karena Gengsi
Simak video berikut "Gengsi Membuatnya Sengsara" oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, MA.
Hidup Rumit karena Gengsi
Hidup di dunia dengan keaneragaman karakter dan isinya, selalu membuat manusia terpana dan terpesona, apalagi era teknologi semakin mumpuni membuat semua benda menjadi serba indah dan istimewa. Tentu tidak murah jika ingin mendapatkannya, karena dengan itu gensi orang semakin terukur dengan nilai kebendaan tersebut.
Jika kita tak mampu untuk meraihnya, apalagi dengan sangat terpaksa sampai serampangan tanpa melihat rambu syariat, maka semakin rumit segala yang ingin didapatkan, karena gengsi itu mahal nilainya. Maka sederhanakanlah cara hidup, jika tidak ingin rumit.
Ubay bin Kaab rahimahullah berkata, Barangsiapa yang tidak menanamkan perasaan mulia dengan kemuliaan Allah, maka jiwanya akan terputus. Barangsiapa pandangannya selalu mengawasi apa yang ada di tangan orang lain, maka selalu dirundung kesedihan. Barangsiapa menduga bahwa nikmat Allah itu hanya ada di makanan, minuman, dan pakaiannya, maka sangat sedikit ilmu pengetahuannya dan siksaan telah datang padanya. (Tafsir al-Baghawi, V : 303-304)
Allah Ta’ala, berfirman:
مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami
Imam al-Zamarkhsyari dalam karyanya Tafsir al-Kasyaf, menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan janji yang pasti Allah tepati. Bahwa dengan amal sholih yang dilakukan, seorang mukmin pasti akan berada dalam kehidupan yang baik. Andaipun ia miskin, hidupnya akan tetap baik, karena ia memiliki sikap rela atas rezeki yang didapat. Sebaliknya, kehidupan orang yang durhaka tidak akan pernah baik. Andaipun ia kaya, hidupnya tetap tidak baik, karena dipenuhi dengan ambisi dan sikap resah.
Islam mencela sikap ambisius (al-Harash). Agar nilai gengsi dalam hidup semakin tinggi. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Akhlak wa Sair, sikap ambisius terlahir dari sikap tamak. Sifat tamak terlahir dari dengki. Dengki terlahir dari hasrat negatif. Hasrat negatif terlahir dari sifat curang, kikir, dan bodoh.
Akibatnya, orang yang ambisius hanya menyisakan sedikit waktu untuk beribadah. Karena yang ada di dalam pikirannya adalah ambisi mendapatkan rezeki lebih banyak daripada yang sekarang ia dapat. Dan itu terus mengganggu pikirannya. Bahkan, demi mewujudkan itu, ia pun sampai berani menempuh cara-cara yang tidak halal.
Sikap ambisius tidaklah sama dengan sikap semangat kerja yang dianjurkan Al Qur’an berikut ini:
Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتٰىكَ اللَّهُ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَآ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)
Makanya orang yang selalu rakus dengan dunia tidak mampu lagi memilah mana yang perlu diprioritaskan dalam hidup ini dan mana yang tidak. Bahkan ia lupa bahwa dunia hanyalah sarana untuk mencari ridho-Nya. Karena itu, hidupnya pun menjadi hina, serba kekurangan, dan tidak bahagia. Na’udzu billaahi min dzaalik.
Wallahu a’lam
Oleh : Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia
Sumber : https://suaraislam.id
Hidup di dunia dengan keaneragaman karakter dan isinya, selalu membuat manusia terpana dan terpesona, apalagi era teknologi semakin mumpuni membuat semua benda menjadi serba indah dan istimewa. Tentu tidak murah jika ingin mendapatkannya, karena dengan itu gensi orang semakin terukur dengan nilai kebendaan tersebut.
Jika kita tak mampu untuk meraihnya, apalagi dengan sangat terpaksa sampai serampangan tanpa melihat rambu syariat, maka semakin rumit segala yang ingin didapatkan, karena gengsi itu mahal nilainya. Maka sederhanakanlah cara hidup, jika tidak ingin rumit.
Ubay bin Kaab rahimahullah berkata, Barangsiapa yang tidak menanamkan perasaan mulia dengan kemuliaan Allah, maka jiwanya akan terputus. Barangsiapa pandangannya selalu mengawasi apa yang ada di tangan orang lain, maka selalu dirundung kesedihan. Barangsiapa menduga bahwa nikmat Allah itu hanya ada di makanan, minuman, dan pakaiannya, maka sangat sedikit ilmu pengetahuannya dan siksaan telah datang padanya. (Tafsir al-Baghawi, V : 303-304)
Allah Ta’ala, berfirman:
مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami
Imam al-Zamarkhsyari dalam karyanya Tafsir al-Kasyaf, menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan janji yang pasti Allah tepati. Bahwa dengan amal sholih yang dilakukan, seorang mukmin pasti akan berada dalam kehidupan yang baik. Andaipun ia miskin, hidupnya akan tetap baik, karena ia memiliki sikap rela atas rezeki yang didapat. Sebaliknya, kehidupan orang yang durhaka tidak akan pernah baik. Andaipun ia kaya, hidupnya tetap tidak baik, karena dipenuhi dengan ambisi dan sikap resah.
Islam mencela sikap ambisius (al-Harash). Agar nilai gengsi dalam hidup semakin tinggi. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Al-Akhlak wa Sair, sikap ambisius terlahir dari sikap tamak. Sifat tamak terlahir dari dengki. Dengki terlahir dari hasrat negatif. Hasrat negatif terlahir dari sifat curang, kikir, dan bodoh.
Akibatnya, orang yang ambisius hanya menyisakan sedikit waktu untuk beribadah. Karena yang ada di dalam pikirannya adalah ambisi mendapatkan rezeki lebih banyak daripada yang sekarang ia dapat. Dan itu terus mengganggu pikirannya. Bahkan, demi mewujudkan itu, ia pun sampai berani menempuh cara-cara yang tidak halal.
Sikap ambisius tidaklah sama dengan sikap semangat kerja yang dianjurkan Al Qur’an berikut ini:
Allah SWT berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتٰىكَ اللَّهُ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَآ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77)
Makanya orang yang selalu rakus dengan dunia tidak mampu lagi memilah mana yang perlu diprioritaskan dalam hidup ini dan mana yang tidak. Bahkan ia lupa bahwa dunia hanyalah sarana untuk mencari ridho-Nya. Karena itu, hidupnya pun menjadi hina, serba kekurangan, dan tidak bahagia. Na’udzu billaahi min dzaalik.
Wallahu a’lam
Oleh : Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia
Sumber : https://suaraislam.id
Komentar
Posting Komentar