Toleransi yang kebablasan

TOLERANSI YANG KEBABLASAN :


Fatayat Nu Mengawal Patung Yesus, Turut Menyanyikan Lagunya Mereka. Benarkah Aswaja?

Ini peristiwa di Kabupaten Manggarai Nusa tenggara, tidak mengerti toleransi tapi justru menimbulkan konflik keyakinan, di samping campur baur dua keyakinan yang berbeda yang membenarkan kesalahan mereka sebagai salah satu acuan membangun keutuhan NKRI yang kuat, justru yang seperti ini lebih cenderung dengan menciptakan konflik, simak video Zulkarnain Elmadury, berikut :

Sumber video : 
https://www.youtube.com/watch?v=w1oA8ndDCh0

Baca info klik : 

BAGAIMANA ISLAM MEMANDANG TOLERANSI ?

Simak video berikut :
BATASAN TOLERANSI DALAM ISLAM
Oleh : Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA Hafidzahullah

Sumber video : https://m.facebook.com/

Dalam kamus almunawwirToleransi (tasamuh) artinya sikap membiarkan (menghargai), lapang dada. Jadi, toleransi umat Islam terhadap kaum Nasrani yang merayakan Natal, cukup dengan sikap membiarkan. Ya, cukup dengan membiarkan. Membiarkan di sini maksudnya bukan mengakuinya sebagai kebenaran, tetapi dalam arti arti tidak melarang atau tidak menghalang-halangi. Inilah toleransi yang diajarkan dalam Islam, karena Islam mengajarkan bahwa kaum non-muslim hendaknya dibiarkan untuk beragama dan beribadah menurut keyakinan mereka, mereka tidak diganggu dan tidak juga dipaksa untuk masuk Islam. (kitab Muqaddimah Al Dustur, 1/32 karya Syeikh Taqiyuddin An Nabhani)

Sedangkan toleransi diartikan sebagai “partisipasi” (musyarakah) yang dilakukan muslim dalam hari raya Natal, misalnya dengan mengucapkan selamat Natal, atau hadir dalam Natalan bersama, apalagi hadir dalam Misa Natal di gereja, jelas itu sudah melanggar syariah Islam, dan bukan seperti ini toleransi yang diajarkan syariah Islam.

Dua alasan utamanya. Pertama, karena perbuatan termasuk termasuk perbuatan menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bil kuffar), yang sudah diharamkan dalam ajaran Islam. Yang dimaksud menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bil kuffar), adalah menyerupai kaum kafir dalam hal-hal yang merupakan ciri-ciri khas kekafiran mereka, seperti akidah, ibadah, adat istiadat, atau gaya hidup (pakaian, kendaraan, perilaku dll) kaum kafir. (Imam Shan’ani, Subulus Salam, 4/175).

Menghadiri misa Natal jelas-jelas merupakan bagian dari menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bil kuffar) itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam  telah melarang menyerupai kaum kafir sesuai sabdanya,”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka.” (man tasyabbaha bi qaumin fahuwa minhum). (HR Abu Dawud, no 4033; Ahmad, Al Musnad, Juz 3 no. 5114; Tirmidzi, no 2836).

Kedua, karena kehadian para mahasiswa dalam Misa Natal di gereja tersebut merupakan bentuk partisipasi (musyarakah) muslim dalam hari raya agama lain yang juga sudah diharamkan dalam Islam. (baca berita klik disini)

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu Wata’ala (yang artinya),”Dan [ciri-ciri hamba Allah di antaranya adalah] tidak menghadiri/mempersaksikan kedustaan/kepalsuan.” (walladziina laa yasyhaduuna az zuur). (QS Al Furqaan: 72). Imam Ibnul Qayyim meriwayatkan penafsiran Ibnu Abbas, Adh Dhahhak, dan lain-lain, bahwa kata az zuur (kebohongan/kepalsuan) dalam ayat tersebut artinya adalah hari raya orang-orang musyrik (‘iedul musyrikiin).

Berdalil dengan ayat ini, Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa haram hukumnya muslim turut merayakan (mumaala`ah), menghadiri (hudhuur), atau memberi bantuan (musa`adah) pada hari-hari raya kaum kafir. (Ibnul Qayyim, Ahkam Ahlidz Dzimmah, 2/156).

“Berdasarkan dalil ayat tersebut, perbuatan mahasiswa muslim yang menghadir Misa Natal di gereja tersebut adalah haram,”.

Khatimah

Sudahlah, umat Islam tidak perlu latah terjebak dalam perangkap seruan toleransi yang diperalat sehingga justru terlibat dalam hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Islam. Baik mengucapkan selamat, menghadiri, maupun ikut merayakan Natal. Hal yang sama juga berlaku pada momen Tahun baru ini, karena kita tahu bahwa merayakan Tahun Baru juga bukan dari Islam. Merayakan Malam Tahun Baru dengan cara apa pun adalah kebiasaan Kaum Penyembah berhala (Paganis) Romawi yang merayakan Hari Janus, dengan mengitari api unggun, meniup terompet berpesta dan bernyanyi bersama.

Dari Abu Sa‘id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: ‘Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.’ Mereka (para sahabat) bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?’ Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. ” (Al Baqarah 120). Allahu a’lam bish shawaab.*

Penulis alumnus Pascasarjana IAIN Tulungagung

Sumber : https://hidayatullah.com

Komentar

Kajian Populer

Adi Hidayat : "Dubesnya NU di Muhammadiyah"

Makkah Royal Clock Tower adalah "Tanduk Setan" di kota Nejd...?

Di Masa Kelam, Masjidil Haram mempunyai 4 Mihrab